Dini Hari

6 February 2016

Aku masih di ular besi dari kota sebelah menuju ibukota; menuju pelukmu. Keretaku terlambat, manis. Sayup-sayup lagu Iwan Fals - Kereta terngiang di telingaku. Akan ada selalu temu menuju peluk, dalam putaran 3 pekan (aku genapkan segitu). Aku menuju pelukmu, manis.

Dan rasanya saat ini, harus ada sajak manis yang tertulis untukmu. menuju pelukmu dalam hitungan menit lagi. Kereta kembali berhenti, sedang perbaikan rel. Setiap kali berhenti, ah ada menit peluk yang memuai. Di sini dingin, manis. Pelukmu adalah segala tuju.

Satu tiga puluh pagi. Ada 60 batu lagi menuju jarak pelukmu, tak sampai 10 stasiun. dan pada jarak 600 m depan Stasiun Jatinegara. Kereta ini berhenti lagi. 30 menit menunggu dan tak juga peluit lokomotif berbunyi. Kuputuskan menyandang ransel dan ku buka pintu gerbong;lompat turun.

Hai Jatinegara, kau hanya sebelahku, dekat, tapi lama. Maaf aku batal mengunjungimu. Rindu periku terlampau kuat. Kita butuh peluk.

Menerobos pagar rel dan sampailah di pinggir jalan. Hai ini dua tiga puluh pagi, Jatinegara dingin. Ojekku belum sampai.
Dada ini memburu, manis, menuju pelukmu. dan tiba-tiba ada klakson berdengung di kananku.

Pak, Ojek? Rada ngebut ya..

Kau berkabar, “migrent, cpt dtg”

Kuketuk pintu. dan apalagi yang paling ku tunggu. Peluk hangatmu. Kecupan manis dariku di keningmu. Kamu lelah pasti menungguku. Aku kini pulang sayang. dan kau, tidurlah. Tidur di pelukanku. Malam tinggal puluhan menit lagi.

Mas Kae~