Hai, Tuan yang Belainya Kurindu
Hai, Tuan yang belainya kurindu.
Sekali lagi, ini aku.
Ya, siapa lagi yang gemar menulisi
guratan kata untukmu selain aku?
Di kota ini,
Aku tertatih menyapamu penuh harap.
Berharap kau sambut dengan baik
tapi tak kunjung kau lakukan;
kepastianmu masih mengawang, tuan.
Ditambah oleh keputusan ku untuk menunggumu;
entah apa yang kutunggu itu.
Bertahan sebisa yang ku mampu, sekuat yang ku bisa.
Hai, Tuan yang belainya kurindu.
Apa aku harus berhenti atau terus mengitari bumi?
Aku masih belum menemukan jawabannya,
tapi aku masih disini. Masih ditempat yang sama.
Hai, tuan yang belainya kurindu.
Iya. Ini aku. Aku yang setiap pagi dan malam menabuh rindu dihatimu.
Kini, aku berdiri dibatas senja yang kau sukai,
menunggumu bersama angin yang bisu.
Hai, tuan yang belainya kurindu.
Jantungku tak mau berhenti bergemuruh menanti temu itu.
Dari aku, perempuan yang tak bisa berdamai dengan jarak~
Nov “25