Hujan Tulus

28 February 2016

Kapan kita bermain hujan lagi sayang..
Memasrahkan tubuh dijamah bulir-bulir hujan. Hujannya deras sayang.
Aroma uap matahari di aspal depan jendelaku berangsur hilang. Tinggal dingin hujan, sesekali cipratan tempias mampir di jendela, ada uap yang mengembun.

Hai, jarak kita yang kini hanya dalam 3 jam dengan burung besi. Ah kau.
Aku rindu kamu manis.

Rindu aroma keringatmu saat kita selesai memadu kasih, memburu peluk, peluh dan deru dengus, beberapa leguhan. dan rangekan manjamu sesekali.

Semoga segera menjadi kita, segera memulai menuju kim junior, nismara kumara, nitisara.

Aku teramat beruntung manis. Semua karena kamu.

Kau menggenapkan aku, menjinakkan segala keliaranku, kegilaan pertualanganku. Pertualangan tanpa kompas, tanpa peta.

Kau kini peta dan kompasku, manis.

Mendekatlah kemari, mari menuju peluh, leguh. Kita butuh bercak-bercak di tiap inci sprai, biarkan ia lusu, kusut, sisa pergulatan aku kamu. Kemarilah, karena pagi belum juga menyapa.

Hai manis, pagutlah aku sepuasmu, dekap aku. Merintihlah sepuasmu, kim untukmu.

Alfa kurasa baru kemaren, dan kini elegi embun pagi telah lahir, aku dengar kabarnya kemarin, dari elektra, bodhi, zahra, alfa, dan tentu saja; diva.

Aku sedang menulis kisah kita.

Pernahkah kamu letih berjalan didekatku manis? Pernahkah kau hampir menyerah sayang… Dari awal kita sama-sama sadar, jalan ini tak benar-benar mulus. Kakiku kakimu jelas akan terluka sesekali. Kerikil dan duri tajam berseliweran.

Tapi yakinlah sayang, kita akan selalu saling menguatkan. Kala lelahmu tak tertahankan, biarkan aku tahu, kita rehat sejenak. Menunda waktu sampai barang sejenak, aku tak keberatan. Mari kita pandang jejak-jejak langkah, menikmati senja. Akan ada rona bahagia tiap potongan perjalanan. Dan yakinlah. Akhir kisah ini tentang kita, tentang bahagia kita.

Mendekatlah sayang, biar kukecup keningmu, pipimu yang kian merona.
Kan kukecup bibir merahmu, dan biarkan lidah kita saling berpeluk. Aku cinta kamu manis.

Aku sedang menghitung mundur, kapan kita bertemu lagi.

Tak ada Abe, atau Kepin yang kan mengekormu lagi, mencari-cari celah demi meleraikan tangan kita yang saling genggam. Hanya kita; Peluk aku sayang.

Kabisat tahun ini~ Mas kae