Kau dan ...
Lalu, disinilah aku, di ujung keramaian, merasa sepi dan memamerkan senyum kesana kemari sembari diam merajut kembali benang-benang virtual dikepalaku tentang kita; kau, aku, dia-mu dan dia-ku.
Seandainya dulu, seandainya aku, seandainya kamu, seandainya dia-mu, seandainya dia-ku, seandainya kita.
Setelah itu, aku hanya tertawa sembari menelan ludah sendiri mengingat ucapanmu selepas temu di ruang penuh payet itu.
“I love you. I thought you’re a very brave one in the past”
Ucapmu. Sedangkan disana ada calon istrimu yang sedang memandang tajam kita.
Aku terdiam meresapi kata kata itu.
“Did you feel the same way too?”
Dia menyerangku lagi dan tatapan sang calon mempelai wanita kian tajam kearahku.
Lalu kutatap matanya yang memelas dan lantang berkata “I love him now, sorry”
“Are you sure? Oh come on, he’s stranger hun”
“Sudahlah, lihat kesana ada seseorang yang sudah menunggumu dan menatap kita liar.”
“Apa kamu benar benar mencintainya?”
“I know i’m not the only one who wants to be with him but i love him. I dunno, i just to be the next to be with him”
Tampak kau tak puas dengan jawabanku, Lalu dengan gontai kau beranjak kearah wanitamu, dan menatap punggungku keluar dari ruangan itu.
nov “7