Kepada Jatuh
Bisa kulihat pohon-pohon pinus yang begitu cepat terlewati di belakang sosok mas kae, seakan-akan pohon-pohon itu adalah masalah yang terjadi di antara kami. Jika melihatnya satu persatu, tentu saja terlihat banyak dan perjalanan akan terasa lebih jauh lagi; karena hanya terfokus pada masing-masing pohon, dan bukan tujuan kami sebenarnya. Namun, semakin cepat dan semakin lama, pohon-pohon yang ada bahkan tak terlihat lagi.
Barangkali, perjalanan kami pun masih begitu jauh; tapi dengan kami saling mengeratkan genggaman, sebanyak apapun pohon pinus yang ada atau sejauh apapun perjalanan kami di depan; tak kan berarti apa-apa, sebab bersama selama yang ada, ialah satu-satunya tujuan.
Barangkali, perjalanan kita masih begitu jauh, mas. Perjuangan kita pun masih akan begitu sangat panjang. Aku tak lagi peduli. Sekarang aku mengerti, bahwa beberapa hal memang sudah seharusnya berakhir, untuk akhirnya kembali lahir –meskipun segala lahir sudah ditakdirkan kelak berakhir, kuharap kau dan aku hanya kan berakhir ketika napas kita saling terhenti dan kembali terlahir di surga-Nya nanti.Terima kasih, mas. Terima kasih untuk tetap kembali, tak peduli kulepaskan berkali-kali.
Terima kasih untuk tak menyerah, meski segalanya terlihat tak mungkin. Dan terimakasih, untuk cinta yang tak mengenal akhir. Aku mencintaimu, kemarin, kini, dan jutaan nanti.
-orang asing yang kau cintai-
Piii,
Kau orang asing dulu,
Tapi kini kau belahan jiwaku.
Ada separuh hatiku telah berhasil kau curi.
Mas Kae~