Rabu Dini Hari

11 November 2015

Tak ingin kutulis banyak. Waktuku mendesak. Rabu pagi datang terlampau cepat karena semalaman segala rupa tentangmu begitu menyibukkan. Aku tak karuan. Inilah aku, sendirian duduk di teras rumah. Menatap iri para embun yang bercinta dengan daun. Menamparku yang cemburu karena aku dan kau seharusnya bercinta sampai penuh peluh.

Tak seperti pisah yang harus dijalani sedari kemarin. Kopiku hampir habis. Segera tuang cangkir kedua agar rindu ini tak sendirian. Agar sepi ini berkawan pada pekat dan pahit. Agar kekamuan larut dan mati pada dasar cangkir. Menjelma ampas yang entah kapan akan berakhir. Rabu pagiku penuh kamu. Tapi kenyataan menyadarkanku bahwa penuh adalah kosong. Dan sekarang biarkanlah kuisi kekosongan ini dengan duduk diam. Mengamati apa saja yang disediakan Tuhan; waktu. Sampai habis sabarku. Sampai hilang jenuh akan rindu.

11,11