Senja Terimakasih
Awalnya aku pernah begitu jatuh, lupa cara untuk bangkit dan berjalan lagi. Pernah begitu terpuruk dalam kesedihan-kesedihan atas luka dari indahnya setia yang aku jaga rapat-rapat.
Lalu kau datang. Tak menawarkan apa-apa selain pundak dan dada yang melarungkan kesedihan-kesedihan.
Dan aku jatuh telak dalam dekapmu. Dalam pelukan lengan yang terbitkan hangat di dalam dada. Dalam bisik peluk paling nyaman yang membuatku merasa begitu dicintai. Dan aku tak merasa harus bangkit dari sana, tak merasa harus pergi dan berjalan lagi.
Sayang, betapa pelukmu adalah obat bagi rinduku yang pesakitan.
Betapa tawamu mampu hadirkan cahaya pada gulita yang membutakan.
Betapa kau begitu memesona bagi hatiku yang rapuh untuk kembali jatuh cinta.
Sungguh semesta mempertemukanku padamu agar aku belajar cara bersyukur.
Maka, jaga dirimu dan rindu (kita) yang mengungkung dadamu baik-baik, sampai semesta mengizinkan temu dan berjanjilah, saat (pertemuan) itu terjadi, kau dan aku akan sama-sama membunuh rindu dalam dekapan-dekapan yang dicatat semesta sebagai terang bagi bintang-bintang baru. Berjanjilah untuk ikut menyaksikan rindu yang mengusik kita selama ini mati satu-satu.
Kamu..
Terimakasih untuk datang di waktu yang tepat.
Terimakasih untuk tak pergi dan memilih memperjuangkan disaat aku rapuh.
Terimakasih untuk mengingatkanku bagaimana cara jatuh cinta.
Kepada laki-laki yang paling pandai menyesaki dadaku dengan debar bahagia dan rindu, aku sayang cinta kamu, selalu cinta kamu dan akan terus cinta sama kamu
Gadis pematik rindu kesukaanmu~
Dec, 16”