Teruntuk peri pipi
Hai, maaf,
kali ini aku menumpahkan air matamu,
aku ..
aku yang membuat kau melayang, dan aku pulalah yg meremukkan kau lagi.
maaf peri, andai beribu andai sudah kupikirkan.
Kepinmu benar tentang aku.
dan perlahan, lukamu, lukaku menganga lagi,
luka yang kubawa lari sejak perjumpaan gerimis, 7 tahun lalu.
aku limbung. salahkan saja semua padaku
kau selalu berucap, tak pantas kau mendapatkan tangisku.
“kau layak peri”, mungkin benar, kau adalah pelangi, seusai kemarau, dan kemudian hujan badai dalam pelarianku.
dan seperti pelangi, usia kita tak lama. namun kenapa jika hanya pelangi, rasa sakitnya setajam ini?
tlah ku reka-reka ratusan pelarian bersamamu, jauh sebelum kubawa kau melayang. beberapa pelarian itu akan sakit, kau aku, dan lingkaran-lingkaran kita. selalu kuselipkan doa untuk kita seusai sujudku. semoga ada rekaan kita yg benar menuju bahagia.
berjanjilah peri. kau tak menghilang. dan jika memang harus ada yang hilang. aku sajalah yang mengalah.
terimakasih segala ucap, segala sajak, setiap dekapan, dan butiran kenangan.
pada senja, hujan, lilin, pasir. dan bandara adalah segala tunggu.
iklaskan aku, peri.
Jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri perlahan~
Kehilangan adalah ketidakbenaran dari konsep keabadian
Alasyu~