Yang Pertama
Deruan klakson angkot, sepeda motor, kopaja bahkan mobil kaum elit mengiringi langkahku gontai menuju stasiun kalibata.
Aku mengayuh kaki secepat yang kubisa agar tak terlambat. Bukan, bukan untuk mengejar kereta tapi hendak bersua dengan sang tuan.
“Aku sudah sampai, kamu dimana?” katamu.
Aku hanya membacanya tak sempat membalas karena sedang beradu dengan waktu.
Setibanya di stasiun aku membalas pesanmu tadi “aku didepan loket” kataku sambil mengusap peluh. “Pakai kerudung apa?” Aku tersenyum membacanya.
“Ijo toska”
Lalu dari arah barat muncul sebuah jabat tangan yang tampak malu-malu dan terlalu terburu-buru.
“Tuan pembual” ucapmu lalu dengan cepat kau tarik tanganmu lalu kau buang wajahmu tanpa sempat ku balas sapamu.
Aku mengikuti langkahmu dengan tergesa. “Heh, tunggu aku”
“Maaf, aku gugup nona”
Kalibata, hari keenam bulan sepuluh~